Pendidikan dan Perjuangan
Sejak usia dini, Aceng Sasa mendapatkan pendidikan agama langsung dari ayahnya. Beliau kemudian melanjutkan pendidikannya ke beberapa pesantren terkemuka, termasuk Pesantren Palahan di bawah asuhan KH. Dahlan, Pesantren Galumpit yang diasuh oleh KH. Muhammad Yusuf, dan Pesantren Balong di Garut.
Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, Aceng Sasa memimpin Pasukan Daf'ussial, sebuah laskar santri yang beranggotakan sekitar 40.000 orang. Pasukan ini aktif dalam perjuangan fisik melawan penjajah serta melakukan amalan-amalan spiritual seperti zikir dan doa untuk melindungi pesantren dari gangguan. Berkat upaya ini, kegiatan di Pesantren Fauzan tetap berjalan tanpa gangguan, bahkan dua prajurit Jepang memutuskan masuk Islam dan menjadi santri di sana.
Kepemimpinan di Pesantren Fauzan
Setelah wafatnya Syekh Muhammad Umar Bashri, Aceng Sasa melanjutkan kepemimpinan di Pesantren Fauzan. Di bawah asuhannya, pesantren ini terus berkembang dan melahirkan banyak ulama besar yang berperan penting dalam penyebaran ajaran Islam di berbagai daerah.
Peran dalam Nahdlatul Ulama (NU)
Pada tahun 1964, di bawah kepemimpinan KH. Muhammad, putra ketiga Syekh Muhammad Umar Bashri, Pesantren Fauzan resmi bergabung dengan Nahdlatul Ulama (NU). Sejak saat itu, pesantren ini menjalin hubungan erat dengan tokoh-tokoh NU, termasuk KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan menjadi pendukung setia perjuangan NU.
Warisan dan Teladan
KH. Muhammad Ishaq atau Aceng Sasa dikenang sebagai sosok ulama yang gigih dalam perjuangan fisik dan spiritual. Dedikasinya dalam memimpin pesantren, mendidik santri, serta kontribusinya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia menjadikannya teladan bagi generasi selanjutnya.
Semoga manaqib singkat ini dapat menginspirasi kita untuk meneladani perjuangan dan dedikasi KH. Muhammad Ishaq dalam menegakkan ajaran Islam dan membela tanah air.
Posting Komentar