Tujuh Macam Nafsu dalam Islam Menurut Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah
Para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja), terutama dalam tradisi tasawuf, membagi nafsu menjadi tujuh tingkatan berdasarkan perjalanan ruhani seseorang. Pembagian ini sering dikutip dalam kitab-kitab klasik, seperti Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali dan Madarij As-Salikin karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.
1. Nafsu Ammarah (النَّفْسُ الأَمَّارَةُ بِالسُّوءِ) – Nafsu yang Mengajak pada Kejahatan
Nafsu ini adalah tingkatan terendah, di mana seseorang dikuasai oleh syahwat dan dorongan duniawi tanpa mempertimbangkan halal dan haram.
Dalil dari Al-Qur'an:
"Sesungguhnya nafsu itu selalu memerintahkan kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku." (QS. Yusuf: 53)
Keterangan Ulama:
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa nafsu ammarah adalah akar dari semua maksiat, karena nafsu ini menjadikan seseorang tunduk pada keinginan duniawi. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Al-Ghunyah menyebutkan bahwa orang yang berada dalam nafsu ini bagaikan binatang yang hanya mengikuti syahwatnya.
Ciri-ciri Nafsu Ammarah:
✔️ Selalu ingin memenuhi keinginan duniawi tanpa mempedulikan halal dan haram.
✔️ Hatinya keras dan sulit menerima nasihat.
✔️ Mudah terjerumus dalam dosa besar seperti zina, riba, dan kebohongan.
2. Nafsu Lawwamah (النَّفْسُ اللَّوَّامَةُ) – Nafsu yang Mencela Diri
Nafsu ini berada di tahap pertobatan. Orang dengan nafsu ini masih berbuat dosa, tetapi mulai sadar dan menyesal.
Dalil dari Al-Qur'an:
"Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang selalu mencela (dirinya sendiri)." (QS. Al-Qiyamah: 2)
Keterangan Ulama:
Imam An-Nawawi dalam Riyadhus Shalihin menyebutkan bahwa nafsu lawwamah adalah tanda awal kesadaran seseorang dalam perjalanan menuju Allah. Ibnu Qayyim dalam Madarij As-Salikin menjelaskan bahwa orang dengan nafsu ini berjuang melawan dosa, tetapi masih sering kalah oleh hawa nafsunya.
Ciri-ciri Nafsu Lawwamah:
✔️ Sering menyesali perbuatan dosa.
✔️ Mulai tertarik untuk bertaubat dan berbuat baik.
✔️ Hatinya belum stabil, masih tergoda oleh dunia tetapi ingin mendekat kepada Allah.
3. Nafsu Mulhamah (النَّفْسُ الْمُلْهَمَةُ) – Nafsu yang Mendapat Ilham
Pada tahap ini, seseorang sudah lebih sering mendapat ilham dari Allah untuk melakukan kebaikan.
Dalil dari Al-Qur'an:
"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya." (QS. Asy-Syams: 8)
Keterangan Ulama:
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa nafsu mulhamah adalah nafsu yang mulai terbuka terhadap petunjuk Allah dan lebih kuat dalam menolak maksiat. Syekh Ibnu ‘Athaillah dalam Al-Hikam menyebutkan bahwa hati yang mulai menerima ilham akan lebih mudah mendapatkan cahaya hidayah.
Ciri-ciri Nafsu Mulhamah:
✔️ Merasa terdorong untuk melakukan kebaikan tanpa paksaan.
✔️ Mulai menikmati ibadah dan lebih sering berzikir.
✔️ Dosa mulai terasa berat dan menyakitkan bagi dirinya.
4. Nafsu Muthmainnah (النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ) – Nafsu yang Tenang
Ini adalah nafsu orang yang sudah mencapai ketenangan jiwa karena kedekatannya dengan Allah.
Dalil dari Al-Qur'an:
"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai." (QS. Al-Fajr: 27-28)
Keterangan Ulama:
Imam Ibnu Rajab dalam Jami’ul Ulum wal Hikam menjelaskan bahwa nafsu muthmainnah adalah tanda seseorang telah merasakan manisnya iman. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menyebutkan bahwa orang dalam nafsu ini tidak lagi tergoda oleh dunia karena hatinya penuh dengan cinta kepada Allah.
Ciri-ciri Nafsu Muthmainnah:
✔️ Merasa tentram dalam ibadah dan jauh dari maksiat.
✔️ Tidak tergoda oleh kenikmatan duniawi.
✔️ Senantiasa bersyukur dan bersabar dalam segala keadaan.
5. Nafsu Radhiyah (النَّفْسُ الرَّاضِيَةُ) – Nafsu yang Ridha
Pada tahap ini, seseorang telah ridha terhadap segala ketetapan Allah, baik nikmat maupun cobaan.
Dalil dari Al-Qur'an:
"... mereka ridha kepada Allah dan Allah pun ridha kepada mereka." (QS. Al-Maidah: 119)
Ciri-ciri Nafsu Radhiyah:
✔️ Tidak pernah mengeluh terhadap takdir Allah.
✔️ Memiliki rasa syukur yang mendalam.
✔️ Tidak merasa kecewa dengan ujian hidup.
6. Nafsu Mardhiyyah (النَّفْسُ الْمَرْضِيَّةُ) – Nafsu yang Diridhai
Ini adalah tingkatan di mana Allah telah meridhai hamba-Nya.
Dalil dari Al-Qur'an:
"Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya." (QS. Al-Bayyinah: 8)
Ciri-ciri Nafsu Mardhiyyah:
✔️ Senantiasa dalam keadaan dekat dengan Allah.
✔️ Segala perbuatannya selaras dengan ridha Allah.
✔️ Memiliki akhlak yang sempurna dan selalu menebarkan kebaikan.
7. Nafsu Kamilah (النَّفْسُ الْكَامِلَةُ) – Nafsu yang Sempurna
Ini adalah tingkatan tertinggi yang hanya dimiliki oleh para nabi dan wali besar.
Ciri-ciri Nafsu Kamilah:
✔️ Selalu berada dalam kebenaran dan petunjuk Allah.
✔️ Tidak lagi memiliki keinginan duniawi.
✔️ Segala perbuatannya murni karena Allah.
Kesimpulan
Para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah membagi nafsu menjadi tujuh tingkatan, dari yang paling rendah (Ammarah) hingga yang paling tinggi (Kamilah). Seorang Muslim harus berusaha memperbaiki nafsunya agar semakin dekat dengan Allah, dengan mujahadah (perjuangan melawan hawa nafsu), ilmu, dan ibadah.
Semoga kita semua diberi kekuatan untuk mencapai nafsu yang diridhai Allah. Aamiin.
Posting Komentar