Cahaya Taubat Revalini

Revalini adalah perempuan cantik yang selama ini hidup dalam gemerlap dunia malam. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia selalu merasa hampa. Suatu malam, setelah melayani pelanggan terakhirnya, ia duduk termenung di kamar kecilnya, menatap bayangannya di cermin. "Apa aku akan begini selamanya?" bisiknya pelan.

Takdir mempertemukannya dengan Mudin, seorang santri dari pesantren kecil di pinggiran kota. Awalnya, pertemuan mereka terjadi secara tak sengaja di sebuah warung. Revalini, dengan wajah yang penuh lelah, tak sengaja menjatuhkan dompetnya. Mudin yang duduk di dekatnya segera mengambil dan mengembalikannya.

“Maaf, Mbak, ini dompetnya,” kata Mudin sopan.

Revalini terkejut melihat sosok pemuda itu. Wajahnya teduh, sorot matanya penuh ketulusan. Tidak ada pandangan hina atau jijik seperti yang biasa ia terima dari orang lain.

Sejak saat itu, mereka sering bertemu. Awalnya, hanya obrolan ringan, tetapi lama-kelamaan, Revalini mulai tertarik dengan kehidupan Mudin sebagai santri. Ia mendengar kisah-kisah penuh hikmah yang disampaikan Mudin dan merasa ada ketenangan yang selama ini ia cari.

Sampai akhirnya, di suatu malam yang sunyi, ia menangis tersedu di sajadah yang telah lama berdebu. “Ya Allah, ampuni aku... Aku ingin berubah,” lirihnya.

Mudin dan para ustadz di pesantren membimbingnya dengan sabar. Perjalanan taubatnya tidak mudah, tetapi dengan tekad kuat dan bimbingan Mudin, ia perlahan meninggalkan masa lalunya.

Beberapa bulan kemudian, dengan restu dari kyai, Mudin melamar Revalini. Air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. Kini, ia bukan lagi perempuan malam, melainkan seorang istri dari santri yang sabar dan penuh kasih.

Hidup barunya dimulai, penuh berkah dan cahaya.


Disklaimer: Cerita, Tokoh dan Latar adalah Fiktif Belaka

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama