Ini akan menjadi kisah yang penuh emosi dan penantian panjang. Aku akan menulisnya dengan detail, menggambarkan perjalanan cinta Afar yang tak tersampaikan, perjuangan hatinya, dan bagaimana ia menjalani hidup dengan perasaan yang masih tertambat pada Mira. Aku akan mulai menulis ceritanya.
Judul: Cinta yang Tak Pernah Pudar
Bab 1: Pertemuan yang Tak Terlupakan
Afar masih ingat hari pertama ia bertemu Mira. Saat itu mereka masih duduk di bangku SMP, usia yang mungkin terlalu muda untuk memahami arti cinta, tetapi perasaan itu tumbuh begitu kuat di hati Afar.
Mira bukan hanya cantik, tetapi juga memiliki sikap lembut yang membuatnya berbeda dari gadis lain di sekolah. Afar yang hanya seorang anak kampung, sederhana, dan tak banyak bicara, hanya bisa mengagumi Mira dari kejauhan.
Mereka sering bertemu di kelas, berbagi tugas kelompok, dan terkadang berbincang singkat. Namun, peraturan sekolah yang ketat membuat Afar tak berani mengungkapkan perasaannya. Ia hanya bisa mencurahkannya dalam buku harian yang selalu ia simpan di bawah bantal.
"Ya Allah, jika memang dia jodohku, dekatkanlah dia padaku," begitu doa yang selalu ia panjatkan setiap malam.
Namun, waktu terus berjalan, dan takdir membawa mereka ke jalan yang berbeda.
Bab 2: Perpisahan dan Penantian
Setelah lulus SMP, Afar dan Mira melanjutkan sekolah ke SMA yang berbeda. Sejak itu, komunikasi mereka terputus. Afar mencoba mencari kabar tentang Mira, tetapi hanya sebatas mendengar dari teman-teman lama mereka.
Afar tetap menyimpan rasa itu dalam diam. Ia fokus belajar, berharap suatu saat bisa menjadi pria yang pantas untuk Mira.
Hingga suatu hari, ketika mereka sudah kuliah, Afar mendapatkan kesempatan untuk bertemu kembali dengan Mira. Ia sudah lama menantikan saat ini, dan dengan keberanian yang dikumpulkannya selama bertahun-tahun, ia memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya.
Bab 3: Cinta yang Ditolak
Di sebuah kafe kecil dekat kampus, Afar dan Mira duduk berhadapan. Mira tersenyum seperti dulu, tetapi ada jarak yang tak terlihat di antara mereka.
"Mira, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan sejak lama," kata Afar, suaranya sedikit bergetar.
Mira menatapnya dengan lembut. "Apa itu, Afar?"
"Aku mencintaimu sejak SMP. Aku tahu mungkin ini terdengar aneh, tetapi aku ingin kau tahu. Aku tak pernah bisa melupakanmu."
Mira terdiam sejenak sebelum menghela napas. "Afar... Aku sangat menghargai perasaanmu. Tapi aku tidak bisa."
Afar sudah menduga jawaban itu, tetapi hatinya tetap nyeri mendengarnya secara langsung.
"Aku tahu... karena aku bukan siapa-siapa," kata Afar dengan senyum pahit.
"Bukan begitu," sahut Mira. "Tapi keluargaku punya harapan sendiri untukku. Aku akan menikah dengan Daufir, anak saudagar dari negeri tetangga. Maaf, Afar."
Malam itu, Afar pulang dengan langkah berat. Cintanya telah menemukan titik akhir, tetapi setidaknya kini ia tahu jawabannya.
Bab 4: Cinta yang Tak Direstui
Setelah patah hati, Afar mencoba membuka hatinya untuk Wahidah, seorang gadis yang baik dan memahami perasaannya. Namun, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama karena orang tua Afar tidak merestui hubungan itu.
"Wahidah memang baik, tapi bukan dia yang cocok untukmu," kata ibunya.
Afar hanya bisa pasrah. Ia tak ingin menyakiti Wahidah lebih jauh. Cinta sekali lagi tak berpihak padanya.
Bab 5: Pernikahan yang Dikenang
Tak lama setelah itu, seorang teman sekelasnya, Zeni, memperkenalkannya pada seorang wanita dari masa lalunya—Rika, teman SMP yang dulu juga pernah satu kelas dengannya.
"Rika dulu juga menyukaimu, tapi dia terlalu malu untuk mengatakannya," kata Zeni.
Afar merasa aneh. Selama ini, ia hanya terpaku pada Mira, tanpa menyadari ada orang lain yang mungkin juga menaruh hati padanya.
Akhirnya, setelah banyak pertimbangan, Afar menerima perjodohan itu. Mereka menikah dan dikaruniai tiga orang putri yang lucu-lucu.
Namun, meski ia mencintai keluarganya dan menjalani hidup dengan baik, ada sesuatu yang masih tersisa di hatinya.
Bab 6: Penantian yang Masih Ada
Mira telah lama menikah dengan Daufir. Afar mendengar kabar bahwa mereka hidup bahagia, tetapi hatinya masih menyisakan harapan kecil.
Jika suatu hari Mira menjadi janda, mungkinkah takdir akan membawanya kembali?
Afar tak pernah berani mengatakannya kepada siapa pun. Ia menjalani hidupnya dengan baik, menjadi suami dan ayah yang bertanggung jawab. Namun, di dalam hatinya, nama Mira masih berbisik pelan dalam doa-doanya.
"Ya Allah, jika memang masih ada kesempatan, pertemukanlah aku dengan Mira... walau hanya sekali lagi."
Akhir yang Terbuka
Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Namun, satu hal yang pasti, cinta Afar pada Mira tak pernah benar-benar padam. Ia masih menanti, meski hanya dalam diam.
Disklaimer: Semua Cerita ini fiktif Belaka, Jangan Baper Ya
Posting Komentar