Keutamaan Syukur dalam Ibadah Puasa
Pendahuluan
Alhamdulillah, kita telah memasuki hari kelima bulan suci Ramadhan. Ini adalah nikmat besar yang harus kita syukuri. Banyak orang yang ingin merasakan nikmat Ramadhan, tetapi tidak semua diberi kesempatan. Oleh karena itu, salah satu sikap yang harus kita miliki dalam berpuasa adalah syukur.
1. Syukur dalam Perspektif Islam
Syukur berasal dari kata شَكَرَ – يَشْكُرُ – شُكْرًا yang berarti berterima kasih atau mengakui nikmat Allah. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin menjelaskan bahwa syukur terdiri dari tiga unsur:
- Ilmu (Pengetahuan) – Menyadari bahwa semua nikmat berasal dari Allah.
- Hal (Keadaan hati) – Merasa senang dengan nikmat tersebut.
- ‘Amal (Perbuatan) – Menggunakan nikmat itu dalam ketaatan kepada Allah.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian. Tetapi jika kalian kufur, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7)
Dalam konteks Ramadhan, kita harus bersyukur atas nikmat berpuasa, sehat, serta kesempatan untuk beribadah.
2. Syukur dalam Ibadah Puasa
Imam Nawawi dalam Al-Majmu' menjelaskan bahwa puasa memiliki dua tujuan utama:
- Tazkiyatun Nafs (Membersihkan jiwa) dari sifat-sifat buruk seperti rakus dan malas beribadah.
- Syukur kepada Allah atas nikmat makanan dan minuman yang sering kita anggap biasa sebelum datangnya puasa.
Dalam kitab Tafsir al-Kabir karya Imam Fakhruddin ar-Razi, beliau menafsirkan ayat:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
"Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A’raf: 31)
Puasa mengajarkan kita untuk tidak berlebihan dan lebih bersyukur atas nikmat yang Allah berikan.
3. Contoh Syukur dalam Kehidupan Para Ulama
Para ulama NU meneladani konsep syukur dengan kesederhanaan dalam berpuasa. KH. Hasyim Asy’ari dalam Adabul ‘Alim wal Muta’allim menekankan bahwa seorang mukmin harus bersyukur dalam tiga hal:
- Syukur dengan lisan – Memuji Allah dengan dzikir dan doa.
- Syukur dengan hati – Merasa cukup dengan apa yang Allah berikan.
- Syukur dengan perbuatan – Menggunakan nikmat untuk beribadah, seperti berbagi makanan kepada sesama.
Dalam kitab Nashaihul Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani, disebutkan:
اَلشُّكْرُ يَكُونُ بِالْقَلْبِ وَاللِّسَانِ وَالْجَوَارِحِ
"Syukur itu dilakukan dengan hati, lisan, dan anggota badan."
4. Implementasi Syukur dalam Ramadhan
Sebagai umat Islam, kita bisa menerapkan syukur dalam ibadah puasa dengan cara berikut:
- Tidak mengeluh saat lapar dan haus, karena itu adalah bagian dari ibadah.
- Berbuka dengan sederhana, tidak berlebihan dalam makan dan minum.
- Memperbanyak sedekah, karena syukur yang hakiki adalah berbagi kepada orang lain.
- Memanfaatkan waktu Ramadhan dengan ibadah, seperti tadarus Al-Qur'an, shalat malam, dan dzikir.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ أَفْضَلَ الصَّدَقَةِ صَدَقَةٌ فِي رَمَضَانَ
"Sesungguhnya sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan." (HR. Tirmidzi)
Kesimpulan
Syukur adalah kunci utama dalam menjalani ibadah puasa. Dengan bersyukur, Allah akan menambah nikmat dan keberkahan dalam hidup kita. Mari kita jadikan Ramadhan sebagai momentum untuk meningkatkan rasa syukur, baik dalam hati, lisan, maupun perbuatan.
Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang selalu bersyukur. Aamiin.
Posting Komentar