Jhon dan Ujian Kedisiplinan

Jhon adalah santri baru di Pondok Pesantren Fauzan.

Berasal dari kota besar, ia terbiasa dengan teknologi dan sulit melepaskan diri dari HP. Saat masuk pesantren, ia tahu ada aturan tegas: santri dilarang membawa HP. Namun, ia merasa tak bisa hidup tanpa ponselnya.

Diam-diam, Jhon menyelundupkan HP ke dalam asrama. Awalnya, ia hanya ingin menggunakannya untuk mendengar lagu-lagu islami dan menghubungi keluarganya. Namun, godaan semakin besar. Ia mulai bermain media sosial hingga larut malam, menonton video, bahkan melalaikan hafalan kitab alfiyahnya.

Suatu malam, saat semua santri tertidur, Jhon asyik bermain HP di bawah selimut. Tanpa ia sadari, pengasuh asrama, Ustaz Hasan, sedang berkeliling mengecek kamar santri. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka, dan cahaya dari HP Jhon tertangkap mata Ustaz Hasan.

"Jhon, apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Ustaz dengan suara tenang tapi tegas.

Jhon terkejut dan buru-buru menyembunyikan HP-nya. Namun, Ustaz sudah melihat semuanya. Dengan kepala tertunduk, Jhon menyerahkan HP itu.

Esok paginya, Jhon dipanggil ke kantor Ustaz Hasan.

"Kenapa kamu melanggar aturan ini, Jhon?"

Jhon menarik napas dalam. "Saya sulit tanpa HP, Ustaz. Saya ingin tetap terhubung dengan dunia luar dan keluarga saya."

Ustaz tersenyum bijak. "Kamu tahu, Jhon, aturan ini bukan sekadar larangan. Ini latihan agar kamu bisa fokus belajar dan mendekatkan diri kepada Allah. HP bisa jadi alat kebaikan, tapi juga bisa menjauhkan kita dari tujuan utama di pesantren ini."

Kata-kata itu menyentuh hati Jhon. Ia mulai menyadari bahwa sejak memiliki HP, ia sering lalai dari hafalan dan ibadahnya. Dengan penuh penyesalan, ia meminta maaf dan berjanji untuk lebih disiplin.

Hari-hari berlalu, dan Jhon mulai merasakan perubahan. Tanpa HP, ia lebih fokus menghafal alfiyah, lebih akrab dengan teman-temannya, dan lebih menikmati kehidupan pesantren. Ia juga belajar menulis surat untuk keluarganya, sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.

Beberapa bulan kemudian, Jhon menjadi salah satu santri teladan. Ia bahkan dipercaya sebagai ketua kelompok belajar. Dari pengalaman ini, ia belajar bahwa disiplin dan ketaatan pada aturan bukanlah beban, melainkan jalan menuju keberkahan dan kesuksesan.


0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama